Lo ingat Munir?
Kalau lo main FIFA 15 atau ngikutin Barcelona era 2014-an, nama Munir El Haddadi pasti pernah masuk wishlist wonderkid lo.
Dia sempat jadi idola kilat karena:
- Punya kaki kiri yang tajam
- Jebolan La Masia
- Langsung cetak gol di debut bareng tim utama Barcelona
Waktu itu banyak yang mikir:
“Ini mah penerus Messi dari versi lowkey-nya.”
Tapi setelah itu? Kariernya gak sesuai jalur prediksi.

Awal Karier: Dari Madrid ke La Masia
Munir lahir 1 September 1995 di San Lorenzo de El Escorial, Spanyol.
Darah Maroko mengalir dari orang tuanya, tapi dia besar di Spanyol.
Karier juniornya gak langsung nyantol di klub besar. Bahkan dia sempat main di klub kecil Rayo Majadahonda sebelum akhirnya ditarik ke La Masia.
Di akademi Barcelona, Munir langsung naik kelas.
Musim 2013/14 bareng Barca Juvenil A, dia:
- Cetak 11 gol di UEFA Youth League
- Bawa tim juara
- Langsung jadi top prospect di lini depan
Barcelona Senior: Debut Gacor, Tapi Saingannya Messi & Co
Musim 2014/15, Munir langsung dapet debut di tim utama Barcelona karena cedera Neymar.
Dan langsung cetak gol lawan Elche.
Boom — hype Munir naik drastis.
Tapi… masalahnya?
- Messi, Suarez, Neymar di depan
- Gak ada ruang buat eksperimen jangka panjang
- Dan tiap kali turun, Munir gak selalu maksimal
Dia sempat masuk skuad reguler di beberapa musim, tapi gak pernah dapet status “starter fix”.
Pinjaman: Valencia & Alaves Jadi Jalan Tengah
Musim 2016/17, dia dipinjamkan ke Valencia.
Statistiknya lumayan:
- 7 gol
- 3 assist
- Tapi Valencia lagi kacau dan gak stabil waktu itu
Musim berikutnya (2017/18), dia pindah pinjaman lagi ke Alavés.
Dan di sini Munir mulai kayak balik nyala dikit:
- 10 gol
- Chemistry oke bareng Ibai Gómez
- Jadi pemain penting di tim papan tengah La Liga
Tapi anehnya, setelah balik ke Barcelona, dia tetap gak dikasih banyak kepercayaan.
Akhirnya… dia cabut permanen.
Sevilla: Titik Stabil, Tapi Gak Meledak
2019, Munir gabung Sevilla dengan ekspektasi tinggi.
Dia sempat:
- Jadi super-sub andalan
- Cetak gol di Liga Europa
- Bawa Sevilla juara Liga Europa 2020
Tapi dia masih:
- Susah rebut posisi starter dari Ocampos & En-Nesyri
- Gonta-ganti pelatih bikin dia gak nemu role yang cocok
- Dan perlahan jadi pemain rotasi biasa
Munir tuh tipe pemain yang oke banget di momen tertentu, tapi gak konsisten 10/10 tiap pekan.
Getafe, Las Palmas, dan “Era Jalan Sunyi”
Setelah keluar dari Sevilla, Munir sempat main untuk Getafe dan Las Palmas.
Di Getafe:
- Gak terlalu banyak momen mencolok
- Lebih sering jadi pelapis
- Tetap punya kontribusi lewat pergerakan & pressing
Di Las Palmas (2023–2024), dia mulai dapet jam main lebih banyak lagi.
Tapi udah bukan di level bintang utama — dia jadi mentor buat pemain muda, dan lebih fokus ke kontribusi kolektif.
Timnas: Dari Spanyol ke Maroko, dan Drama FIFA
Nah ini yang bikin kisah Munir makin aneh.
- 2014: Main untuk Timnas Spanyol dalam 1 pertandingan
- Tapi itu bikin dia gak bisa main untuk Maroko (negara orang tuanya)
Bertahun-tahun dia minta pindah asosiasi ke FIFA.
Akhirnya, 2021 FIFA mengizinkan dia main buat Maroko setelah aturannya direvisi.
Sayangnya…
- Dia masuk skuad Maroko cuma beberapa kali
- Gak dipanggil ke Piala Dunia 2022
- Dan sekarang posisinya di timnas gak jelas
Gaya Main: Kaki Kiri Tajam, Tapi Kurang Killer Instinct
Munir adalah tipe:
- Inside forward dari sisi kanan
- Suka cut inside dan tembak langsung
- Dribble-nya halus, bukan ngotot tapi teknikal
Tapi masalahnya:
- Finishing-nya kadang hangat-hangat tahi ayam
- Gak konsisten
- Dan jarang bisa ambil alih pertandingan besar
Dia bukan pemain yang bikin lo yakin “oh dia bisa jadi penentu,” tapi kalau dikasih ruang dan waktu, dia bisa kasih magic.
Statistik Karier (hingga 2024):
- Barcelona: 56 penampilan, 12 gol
- Valencia: 36 penampilan, 7 gol
- Alavés: 37 penampilan, 10 gol
- Sevilla: 94 penampilan, 22 gol
- Timnas Spanyol: 1 caps
- Timnas Maroko: 10 caps (0 gol)
- Liga Europa: 1 trofi
Kesimpulan
Munir El Haddadi adalah produk hype La Masia yang gak pernah benar-benar gagal, tapi juga gak sepenuhnya sukses.
Dia:
- Punya teknik bagus
- Pernah jadi sorotan internasional
- Tapi kurang konsistensi dan killer instinct buat jadi pemain top-tier
Kariernya sekarang lebih ke veteran produktif di klub mid-table, bukan lagi wonderkid pewaris Messi.
Tapi satu hal pasti: dia tetap punya kualitas, dan masih bisa bikin impact — asalkan sistemnya cocok.